Palu - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) bertekad akan mengawal batik bomba (batik produksi Sulteng) sebagai batik yang dapat mengangkat citra budaya masyarakat setempat.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwasata Sulteng, Suaib Djafar, di Palu, Minggu, mengatakan untuk memperkuat citra kebudayaan tersebut maka pemerintah perlu mengawasi penempatan motif batik bomba itu.
"Dengan banyaknya motif batik bomba saat ini jangan sampai tumpang tindih penggunaan motifnya. Misalnya, motif yang mestinya untuk baju jangan sampai motif itu juga yang digunakan untuk taplak meja," kata Suaib.
Untuk itulah kata dia, 20 November mendatang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) menggelar `Fashion and Art Central Celebes` yang dipusatkan di Palu Golden Hotel.
Kegiatan ini kata dia, selain mengusung busana khususnya batik, juga akan dirangkai dengan pemilihan duta wisata Sulteng dan pameran karya lukis.
"kegiatan `fashion` akan kita kombinasikan dengan lomba karya tulis terkait lingkungan," kata Suaib.
Khusus untuk `fashion` kata Suaib, pemerintah ingin membumikan batik bomba sehingga tidak saja dipahami sebagai produk budaya tetapi ada nilai filosofis yang terkandung dalam motif batik bomba itu.
Dia mengatakan, salah satu motif yang dikenal saat ini adalah motif tai ganja. Motif ini kata dia mengandung makna warisan kebudayaan adat Sulteng sehingga hanya cocok dipakai pada kegiatan-kegiatan adat atau pesta perkawinan.
"Penyebutan istilah `bomba` sendiri itu mengandung falsafah keterbukaan dan kebersamaan. Itulah sebabnya tidak heran jika masyarakat Sulteng itu terbuka kepada siapa saja yang datang ke daerah kita ini," kata Suaib.
Menurutnya, dalam acara `fashion` tersebut, seluruh pengrajin akan dihadirkan sebab belakangan ini telah tumbuh home industri batik.
Batik Bomba Lekatu misalnya, salah satu produksi batik kerajinan lokal di Palu, telah mengembangkan 30 motif batik berciri khas lokal Sulteng. Salah satu motif batik ini adalah bunga dan buah cengkeh.
Ahdin, pemilik industri Bomba Lekatu mengatakan, dia memilih motif tersebut karena cengkeh adalah salah satu komoditi andalan Sulteng khususnya di Kabupaten Tolitoli.
Berkat kemajuan teknologi dan kemauan pengrajin untuk mempertahankan kualitas produksinya, Ahdin mengatakan, para pengrajin telah menemukan teknologi khusus sehingga batik produk Sulteng dijamin tidak luntur.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwasata Sulteng, Suaib Djafar, di Palu, Minggu, mengatakan untuk memperkuat citra kebudayaan tersebut maka pemerintah perlu mengawasi penempatan motif batik bomba itu.
"Dengan banyaknya motif batik bomba saat ini jangan sampai tumpang tindih penggunaan motifnya. Misalnya, motif yang mestinya untuk baju jangan sampai motif itu juga yang digunakan untuk taplak meja," kata Suaib.
Untuk itulah kata dia, 20 November mendatang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) menggelar `Fashion and Art Central Celebes` yang dipusatkan di Palu Golden Hotel.
Kegiatan ini kata dia, selain mengusung busana khususnya batik, juga akan dirangkai dengan pemilihan duta wisata Sulteng dan pameran karya lukis.
"kegiatan `fashion` akan kita kombinasikan dengan lomba karya tulis terkait lingkungan," kata Suaib.
Khusus untuk `fashion` kata Suaib, pemerintah ingin membumikan batik bomba sehingga tidak saja dipahami sebagai produk budaya tetapi ada nilai filosofis yang terkandung dalam motif batik bomba itu.
Dia mengatakan, salah satu motif yang dikenal saat ini adalah motif tai ganja. Motif ini kata dia mengandung makna warisan kebudayaan adat Sulteng sehingga hanya cocok dipakai pada kegiatan-kegiatan adat atau pesta perkawinan.
"Penyebutan istilah `bomba` sendiri itu mengandung falsafah keterbukaan dan kebersamaan. Itulah sebabnya tidak heran jika masyarakat Sulteng itu terbuka kepada siapa saja yang datang ke daerah kita ini," kata Suaib.
Menurutnya, dalam acara `fashion` tersebut, seluruh pengrajin akan dihadirkan sebab belakangan ini telah tumbuh home industri batik.
Batik Bomba Lekatu misalnya, salah satu produksi batik kerajinan lokal di Palu, telah mengembangkan 30 motif batik berciri khas lokal Sulteng. Salah satu motif batik ini adalah bunga dan buah cengkeh.
Ahdin, pemilik industri Bomba Lekatu mengatakan, dia memilih motif tersebut karena cengkeh adalah salah satu komoditi andalan Sulteng khususnya di Kabupaten Tolitoli.
Berkat kemajuan teknologi dan kemauan pengrajin untuk mempertahankan kualitas produksinya, Ahdin mengatakan, para pengrajin telah menemukan teknologi khusus sehingga batik produk Sulteng dijamin tidak luntur.
0 komentar:
Post a Comment
No Spam, ada spam saya hapus