Air mata merupakan cairan yang sebenarnya tidak berbau, namun kandungan molekul di dalamnya bisa mempengaruhi siapapun yang menghirupnya. Pada pria misalnya, air mata wanita bisa membuat testosteron dan gairah seks menurun.
Beberapa penelitian terdahulu membuktikan bahwa kandungan molekul dalam air mata berbeda-beda tergantung pemicunya. Air mata emosional yang menetes saat sedih berbeda dengan air mata saat terkena uap bawang merah maupun iritasi oleh debu.
Air mata emosional pada wanita yang menetes saat sedih dan menangis punya pengaruh terhadap kondisi hormonal pria yang menghirupnya. Produksi hormon testosteron pria menurun, yang pada akhirnya dapat mengurangi agresifitas dan gairah seksual.
Fakta ini terungkap dalam sebuah penelitian yang dilakukan tim ahli di Weizmann Institute of Science. Dalam penelitian tersebut, tim yang dipimpin Prof Noam Sobel ini melibatkan 24 partisipan pria dewasa dengan rentang usia yang tidak disebutkan lebih rinci.
Masing-masing diberi 2 jenis cairan untuk dihirup, yakni air mata emosional seorang wanita dan larutan mineral biasa yang sama-sama tidak berbau. Setelah menghirup cairan yang komposisinya dirahasiakan itu para partisipan dipertontonkan beberapa gambar wajah wanita secara acak, lalu diminta memberi penilaian.
Analisis hasil penilaian menunjukkan, 17 partisipan merasakan kesan berbeda setelah menghirup kedua jenis cairan. Gambar-gambar itu tampak kurang merangsang setelah partisipan menghirup cairan yang berisi air mata, dibandingkan setelah menghirup larutan mineral biasa.
Selain dari hasil penilaian terhadap gambar, hasil pemindaian otak para partisipan dengan magnetic resonance imaging (MRI) memberikan kesimpulan yang sama. Aktivitas di bagian otak yang biasanya meningkat saat terangsang secara seksual tampak berkurang setelah menghirup air mata.
"Fakta bahwa komposisi air mata berbeda-beda merupakan petunjuk bahwa air mata merupakan sinyal kimia bagi manusia untuk berkomunikasi. Penelitian ini makin menguatkan dugaan tersebut," ungkap Prof Sobel seperti dikutip dari Healthday, Sabtu (8/1/2011).
Untuk sementara efek ini baru ditemukan pada air mata wanita, khususnya yang menetes akibat faktor emosi dan bukan karena iritasi. Dalam penelitian berikutnya nanti, Prof Sobel ingin mengamati apakah efek yang sama juga terjadi pada air mata pria dan anak-anak.
detikhealth
Fakta ini terungkap dalam sebuah penelitian yang dilakukan tim ahli di Weizmann Institute of Science. Dalam penelitian tersebut, tim yang dipimpin Prof Noam Sobel ini melibatkan 24 partisipan pria dewasa dengan rentang usia yang tidak disebutkan lebih rinci.
Masing-masing diberi 2 jenis cairan untuk dihirup, yakni air mata emosional seorang wanita dan larutan mineral biasa yang sama-sama tidak berbau. Setelah menghirup cairan yang komposisinya dirahasiakan itu para partisipan dipertontonkan beberapa gambar wajah wanita secara acak, lalu diminta memberi penilaian.
Selain dari hasil penilaian terhadap gambar, hasil pemindaian otak para partisipan dengan magnetic resonance imaging (MRI) memberikan kesimpulan yang sama. Aktivitas di bagian otak yang biasanya meningkat saat terangsang secara seksual tampak berkurang setelah menghirup air mata.
"Fakta bahwa komposisi air mata berbeda-beda merupakan petunjuk bahwa air mata merupakan sinyal kimia bagi manusia untuk berkomunikasi. Penelitian ini makin menguatkan dugaan tersebut," ungkap Prof Sobel seperti dikutip dari Healthday, Sabtu (8/1/2011).
Untuk sementara efek ini baru ditemukan pada air mata wanita, khususnya yang menetes akibat faktor emosi dan bukan karena iritasi. Dalam penelitian berikutnya nanti, Prof Sobel ingin mengamati apakah efek yang sama juga terjadi pada air mata pria dan anak-anak.
detikhealth
0 komentar:
Post a Comment
No Spam, ada spam saya hapus