Slideshow

Artikel Terbaru

Pages

Sunday, November 8, 2009

Home » » Asal usul borobudur dan namanya

Asal usul borobudur dan namanya

 

Nama aslinya “Dasabhumi Sambhara Budara” yang berarti “Bukit Sepuluh Tingkatan Kerohanian”, yang disingkat menjadi Sambhara Budara, lalu Bharabudara dan dengan logat Jawa menjadi Borobudur.

Borobudur menghadap ke arah Timur dan didirikan di atas bukit pada tahun 826, prasastinya dikeluarkan pada tahun 824.


Pembuatannya dipercayakan kepada seorang arsitek dari India bernama Gunadharma. Dahulu kala Borobudur seluruhnya dicat putih dan berada di tengah-tengah sebuah danau.
Borobudur berukuran 123 X 123 m.; tinggi aslinya 42 m. (ujungnya telah patah ± 8 m.) dan terdiri atas empat bagian:
  1. alas bawah
  2. 5 (lima) lapis lingkaran persegi yang berlekuk sehingga berbentuk segi 20.
  3. 3 (tiga) lapis lingkaran bundar
  4. 1 (satu) stupa besar di tengah-tengah.
Kesemuanya ini melambangkan “Dasa Bhumi” atau 10 (sepuluh) Kesempurnaan (Paramita) yang harus dimiliki oleh seorang Bodhisatva untuk dapat menjadi Buddha.

Lapisan-lapisan yang berbentuk segi 20 diberi serambi, sehingga merupakan lorong-lorong. Dinding serambi-serambi ini, baik di bagian luar maupun di bagian dalam diberi relief-relief (gambar-gambar pahatan) yang mengkisahkan cerita-cerita tertentu. Pada dinding dalam dari lorong pertama terdapat relief-relief tentang riwayat Buddha Gautama berdasarkan naskah “Lalita Vistara”.

Pada dinding luarnya terdapat cerita tentang kelahiran Pangeran Siddharta sebagai Bodhisatva menurut kitab “Jatakumala”.

Pada lorong yang lain terdapat cerita tentang para Bodhisatva lain dari kitab “Gandavyuha”; sedang di kaki candi yang tertutup terdapat lukisan-lukisan yang berhubungan dengan hukum Karma dari kitab “Karma Vibhanga”.

Dari lapisan pertama sampai keempat terdapat patung-patung Dhyani Buddha (masing-masing 92 buah), yaitu:
  1. menghadap ke Timur: Aksobya dengan mudra “Bhumisparsa” (menunjuk bumi sebagai saksi).
  2. menghadap ke Selatan: Ratnasambhava dengan mudra “Vara” atau “Varada” (memberi anugerah).
  3. menghadap ke Barat: Amitabha dengan mudra “Dhyana” (meditasi).
  4. menghadap ke Utara: Amogasidhi dengan mudra “Abhaya” (jangan takut).
Pada baris kelima menghadap keempat jurusan terdapat 64 buah patung dari Dhyani Buddha Vairocana dengan mudra “Vitarka” (meyakinkan).

Pada lingkaran bundar yang terdiri dari 3 lapisan terdapat 72 buah patung Vajrasatva dengan Dharmacakra-mudra dalam stupa-stupa yang dindingnya berlubang. Lubang-lubang stupa pada lapisan kesatu dan kedua (masing-masing 32 buah 24 buah) berbentuk “belah ketupat” sebagai lambang “masih belum dalam keseimbangan sempurna”; pada lapisan ketiga lubangnya berbentuk persegi sebagai lambang “mantap dalam keseimbangan”.

Jumlah patung yang terdapat di Borobudur ialah 368 + 64 + 72 = 504 buah.
Dinding stupa besar ditengah-tengah tidak tembus dan di dalamnya terdapat rongga yang sekarang kosong, yang mungkin sekali dahulu tempat menyimpan relik Sang Buddha.


Ketiga candi di atas setelah selesai, dikeramatkan oleh Puteri dari Raja Samarottungga, yaitu Rajaputri Pramodawardhani pada tahun 843 (prasasti tahun 840). Dari akhir abad ke-15 selama lebih dari 300 tahun lamanya Borobudur ditelantarkan.



Artikel Terkait:

0 komentar:

Post a Comment

No Spam, ada spam saya hapus

Ping your blog in here